
Tradisi Gosok Arang

Gosok
arang adalah tradisi yang sampai sekarang masih sangat diminati penduduk desa
Data Dian. Tradisi ini cukup menyenangkan, menurut cerita para tetua di desa
apa bila padi mulai mengeluarkan buahnya, maka para penduduk desa mulai
beramai-ramai gosok arang dalam bahaasa Kayan (Pusut Angah). Dahulu tradisi ini
ada aturannya, laki-laki tidak boleh mengosok arang pada wajah laki-laki,
demikian juga sebaliknya dengan perempuan, dan anak-anak tidak boleh mengosok
arang pada orang yang lebih tua usianya dari pada anak tersebut. Artinya, orang
dewasa mengosok orang dewasaa, dan anak-anak mengosok anak-anak juga.
Pada
masa kini, tradisi ini sering diadakan pada bulan Desember awal Januari
bertepatan dengan perayaan Natal dan penyambutan Tahun Baru. Hal inilah yang
seringkali menjadi kerinduan setiap anak-anak
yang mengikuti Pendidikan di kota yang tidak bisa pulang ke kampung
halaman, momen bermain gosok arang sangatlah mneyenangkan dan menegangkan dan
momen ini hanya di gelar satu kali dalam setahun, diantara perayaan Natal dan
penyambutan Tahun baru yang disesuaikan dengan mulainya padi berbuah.
Sekarang
ada beberapa aturan tradisi lama yang mulai hilang, disebabkan karena kurangnya
jumlah kaum perempuan dibandingkan laki-laki, yang mengakibatkan laki-laki
kadangkala terpaksa mengosok arang pada laki-laki. Selain itu kaum perempuan
telah banyak yang takut atau kurang berminat main gosok arang karena beberapa
menganggap permainan gosok arang mempersulit perawatan kulit wajah. Berbeda
dengan laki-laki, mereka justru semakin menyukai tradisi gosok arang karena
hanya di lakukan satu kali dalam setahun, dan memang untuk kaum laki-laki
perawatan kulit tidak menjadi prioritas utama bagi mereka.
Pada
saat menggosok arang bagian yang paling rawan kena arang ialah bagian wajah,
pada saat menggosok seluruh permukaan wajah harus di gosok arang kecuali mata
dan gigi saja yang tersisa putih. Bagi Sebagian orang yang merupakan pendatang
baru di desa Data Dian diharuskan bisa mengikuti tradisi ini, tidak boleh marah
apa bila wajahnya di gosok arang oleh penduduk setemoat. Apa bila ada yang
marah dan tidak menerima wajahnya di gosok arang yang merupakan permainan
tradisi maka bisa saja dikenakan denda Adat, sesuai dengan aturan adat yang
sudah ditetapkan secara turun-temurun. (Nyurang Leving)